I. PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pakan adalah makanan/asupan yang diberikan kepada hewan
(peliharaan). Pakan merupakan sumber energi
dan materi
bagi pertumbuhan
dan kehidupan makhluk hidup. Zat yang terpenting dalam pakan adalah protein.
Pakan berkualitas adalah pakan yang kandungan protein, lemak, karbohidrat,
mineral dan vitaminnya seimbang.
Beberapa keuntungan
yang dapat diperoleh dari penggunaan pakan buatan, diantaranya yaitu, bahan
baku pakan dapat berupa limbah industri pertanian,
perikanan,
peternakan,
dan makanan yang bernilai ekonomi rendah, tetapi masih mengandung nilai gizi
yang cukup tinggi. Pakan buatan juga dapat disimpan dalam waktu relatif lama,
tanpa terjadi perubahan kualitas yang drastis. Dengan demikian kebutuhan pakan
dapat terpenuhi setiap saat. Selain itu pakan buatan juga dapat mengubah warna
dan rasa, contohnya pada ikan. Pemberian kepompong ulat sutera dapat
memperbaiki aroma daging ikan. Penambahan ekstrak bunga marigold ke dalam
pakan, seperti banyak yang dilakukan oleh petani di Jepang, dapat menghasilkan
aroma daging ikan yang lebih baik dan warna yang lebih menarik.
Perbaikan dalam
produksi ternak terkait dengan ketersediaan pakan yang memadai baik dan segi
kualitas yang ditunjukkan oleh nilai kandungan nutrisi atau gizi makanannya
ataupun juga dan segi kuantitas, dimana jumlah pakan yang harus disediakan
harus tersedia dalam jumlah yang selalu cukup. Namun dalam memenuhi kebutuhan
akan pakan dijumpai banyak kandala, baik dan bahan penyusun pakan tersebut atau
pakan dalam bentuk jadi yang dijual di pasar. Ketersediaan pakan ini sangat
mernpengaruhi kondisi pasar sehingga harga sering berfluktuasi dan mahal. Hal
ini mendorong peternak atau pembudidaya untuk meramu bahan pakan untuk
memproduksi sendiri pakannya. Untuk itu diperlukan teknologi berupa mesin
pembuat pakan ternak yang dapat membantu untuk memproduksi pakan, disamping
akan meningkatkan produktivitas, efisiensi serta nilai tambah melalui
pemanfaatan bahan baku dan hasil pertanian yang bernilai ekonomi rendah diolah
menjadi bahan yang siap pakai.
Industri pakan kini
telah berkembang, mulai dari skala kecil hingga besar. Pabrik pakan telah
memiliki alat-alat canggih untuk memproduksi pakan dalam skala besar dengan
waktu yang singkat. Dalam hal ini dapat diambil kesimpulan bahwa peternakan
maupun budidaya telah banyak dilakukan. hal ini merupakan keuntungan berbagai
pihak baik produsen selaku pabrik produksi pakan juga konsumen selaku peternak
dan pembudidaya.
Sehubungan dengan hal
tersebut, dilakukan praktikum teknologi bahan dan produksi pakan yaitu survey
alat-alat produksi pakan saat ini pada industri skala kecil maupun skala besar.
B.
Tujuan
dan Kegunaan
Tujuan dari praktikum
ini adalah untuk dapat mengetahui perkembangan alat-alat produksi pakan baik
industri skala kecil maupun skala besar. Kegunaan dari praktikum ini adalah
dapat mengetahui prinsip kerja dari alat-alat produksi pakan saat ini.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A.
Pembuatan Pakan
Ada dua cara yang dapat ditempuh dalam pembuatan pakan
berbentuk pellet, yaitu secara manual dan atau dengan menggunakan mesin (feedmill).
Pembuatan pakan secara manual dilakukan dengan menggunakan alat-alat yang
sederhana. Alat yang dipergunakan adalah sekop (paddle) atau drum yang
dirancang dengan mengunakan prinsip kerja mixer (Pujaningsih, 2011).
Cara yang kedua
dengan menggunakan mesin. Mesin pembuat pakan ini terdiri atas mesin-mesin
penggiling (hammer mill), mesin penimbang (weigher), mesin
pemusing (cyclone), mesin pengangkat/pemindah bahan (auger, elevator),
mesin penghembus (blower), mesin pencampur (mixer), dan mesin
pembuat pellet. Untuk pembuatan pellet menggunakan alat blower, boiler, mash
bin, cooler, die, screw conveyor, mixer, vibrator dan transporter.
B. Persyaratan
Alat Mesin Pengolah Pakan
Alat mesin dan perlengkapan pendukung yang dipergunakan
untuk memproduksi pakan harus disesuaikan dengan jenis pakan yang akan
diproduksi serta memenuhi persyaratan teknis minimal. Persyaratan dari alat
mesin pengolah pakan yang akan dibeli dan dipergunakan oleh kelompok peternak/pembudidaya
menurut Ma’sum (2011) adalah :
1. Sesuai
dengan jenis bahan pakan yang akan diproses
2. Permukaan
yang berhubungan dengan bahan pakan yang di proses harus halus, tidak
berlubang/bercelah, tidak mengelupas, tidak menyerap air dan tidak berkarat.
3. Alat
mesin tidak mencemari hasil produksi dengan jasad renik, unsur atau fragmen
logam yang lepas atau pergeseran dari peralatan, minyak pelumas, bahan bakar, dan
sebagainya.
4. Bentuk
konstruksinya diupayakan agar bahan pakan tidak tumpah/terbuang sewaktu
diproses.
5. Dalam
pengadaan mesin, agar dilakukan uji coba operasional sampai bisa memproduksi
pakan. Oleh karena itu diperlukan jaminan atau garansi dari suplier sampai alat
mesin dapat berfungsi dengan baik.
Selain alat utama dari
pembuatan pakan, terdapat pula peralatan pendukung untuk menunjang proses
produksi pakan. Peralatan pendukung lain terdiri dari :
1. Gerobak/troli
Untuk memudahkan dan mempercepat membawa bahan pakan.
2. Conveyor
Berfungsi sebagai sarana untuk memindahkan bahan
pakan yang diproses dari satu unit ke unit operasi lainnya.
3. Kaitan
(gaco)
Penggunaan gaco diperlukan pada saat menaikkan atau
menurunkan karung/kemasan bahan pakan atau pakan yang di produksi.
4. Wadah
atau bak penampung dan sekop
5. Peralatan
bengkel
Terdiri dari kunci, palu, obeng, tang, gergaji, dsb
yang dapat digunakan jika ada masalah pada alat mesin pengolah pakan.
C.
Alat-alat
Produksi Pakan
1.
Alat
Penepung (Grinding)
Grinding adalah proses pengecilan ukuran
partikel bahan dari bentuk kasar menjadi ukuran yang lebih halus dan
menghindari segregasi partikel-partikel bahan. Pengecilan ukuran
merupakan suatu bentuk proses penghancuran dan pemotongan bentuk padatan menjadi
bentuk yang lebih kecil oleh gaya mekanik (Susi,2012).
Menurut Susi ( 2012) Terdapat empat cara yang diterapkan
pada mesin-mesin pengecilan ukuran :
·
Kompresi,
pengecilan ukuran dengan tekstur yang keras;
·
Impact atau pukulan, digunakan untuk bahan
padatan dengan tekstur kasar;
·
Attrition, digunakan untuk menghasilkan
produk dengan tekstur halus dan;
·
Cutting, digunakan untuk menghasilkan
produk dengan ukuran dan bentuk tertentu.
Tujuan utama dari proses grinding adalah
:
·
Meningkatkan
luas permukaan partikel bahan terhadap sistem pencernaan sehingga meningkatkan
daya cerna bahan
·
Memperbaiki
cara penanganan terhadap bahan baku
·
Memperbaiki
karakteristik mixing dari setiap bahan baku sehingga bisa diperoleh hasil
mixing yang lebih homogen.
·
Memuaskan
selera konsumen karena tampilan pakan menjadi
lebih baik.
Pada
prinsipnya pengecilan ukuran diklasifikasikan menurut produk akhir yang
dihasilkan.
a. Pengecilan ukuran ekstrim yaitu
merubah dimensi ukuran bahan secara signifikan, misalnya penggilingan dan
penggerusan.
b. Pengecilan bahan yang menghasilkan
ukuran produk yang masih berdimensi besar atau nisbah produk akhir dengan
awalnya tidak terlalu signifikan, misalnya pada proses pemotongan dan
pengempaan.
Bahan–bahan yang harus melewati proses grinding
adalah jagung, sorghum, kedelai, kacang tanah, dedak kasar, sumber protein
hewani yang kasar dan lain-lain. Proses grinding berkaitan dengan
ukuran partikel bahan karena ukuran partikel yang bisa dihasilkan sangat
dipengaruhi oleh ukuran diameter saringan yang digunakan dan kecepatan putaran
pisau. Diameter saringan 3 mm pada kecepatan putaran tinggi cukup untuk
menghasilkan partikel-partikel berdiameter <2 mm yang sudah cukup halus
untuk menjaga kualitas pellet (Lintang, 2013).
Karakteristik bahan menentukan efisiensi grinding.
Bahan dengan kadar air tinggi akan mempersulit grinding karena bahan
cenderung lengket dan sulit keluar dari lubang saringan. Bahan yang
digunakan sebaiknya cukup kering sehingga mempermudah proses dan cenderung cepat keluar dari
ruang grinding.
Ada dua jenis alat yang dapat digunakan untuk melakukan
penepungan bahan baku. Peralatan yang digunakan pada proses penepungan
menggunakan saringan adalah alat penepung hammer
disk mill dan disk mill.
2.
Alat
pencampur (Mixer)
Bahan
baku yang telah berbentuk tepung ditimbang sesuai dengan jumlah bahan baku yang
akan digunakan. Apabila bahan baku yang akan digunakan cukup banyak sebaiknya
digunakan timbangan duduk atau timbangan beras. Namun bila sedikit sebaiknya
menggunakan timbangan kue atau timbangan lainnya yang mempunyai tingkat
ketelitian lebih tinggi.
Untuk bahan baku dengan jumlah sedikit, terlebih dahulu
dilakukan pre-mixing atau pencampuran awal. Bahan yang dicampur pada
tahap awal meliputi vitamin, mineral, kalsium karbonat, asam amino kristal,
pemacu pertumbuhan, koksidiostat dan antioksidan. Penimbangan bahan – bahan ini
harus dilakukan dengan timbangan yang mempunyai tingkat ketelitian tinggi.
Minimal diperlukan waktu 15 menit untuk mencampur bahan
pakan dengan menggunakan mesin pencampur jenis beton molen supaya diperoleh
campuran yang merata. Apabila digunakan mixer horisontal, diperlukan
waktu pencampuran lebih singkat.
Setelah ditimbang, bahan dicampur secara merata dan
homogen agar seluruh bagian pakan yang dihasilkan mempunyai komposisi zat gizi
yang merata dan sesuai dengan formulasi. Pencampuran bahan-bahan dilakukan
secara bertahap mulai dari bahan yang volumenya paling besar hingga bahan yang
volumenya paling kecil.
Pencampuran bahan baku dalam jumlah kecil dapat
dilakukan pada wadah dan pengadukannya dapat dilakukan dengan tangan atau alat
seperti centong nasi. Pencampuran bahan baku dalam jumlah besar biasanya
menggunakan alat bantu, misalnya serok sebagai pengganti mesin pencampur (mixer).
Untuk memperoleh hasil yang sempurna dan homogen dan apabila biaya tersedia
maka dianjurkan menggunakan mesin pencampur (mixer).
3.
Pencetakan
(Pelletizing)
Pembuatan pellet terdiri dari proses pencetakan, pendinginan
dan pengeringan. Perlakuan akhir terdiri dari proses sortasi, pengepakan dan
pergudangan. Proses penting dalam pembuatan pellet adalah pencampuran (mixing),
pengaliran uap (conditioning), pencetakan (extruding) dan
pendinginan (cooling).
Proses conditioning adalah proses pemanasan dengan
uap air pada bahan yang ditujukan untuk gelatinisasi agar terjadi perekatan
antar partikel bahan penyusun sehingga penampakan pellet menjadi kompak,
durasinya mantap, tekstur dan kekerasannya bagus. Proses conditioning
ditujukan untuk gelatinisasi dan melunakkan bahan agar mempermudah pencetakan.
Disamping itu juga bertujuan untuk membuat pakan menjadi steril, terbebas dari
kuman atau bibit penyakit; menjadikan pati dari bahan baku yang ada sebagai
perekat; pakan menjadi lebih lunak sehingga ternak mudah mencernanya; menciptakan
aroma pakan yang lebih merangsang nafsu makan ternak.
Proses conditioning dilakukan dengan bantuan steam
boiler yang uapnya diarahkan ke dalam campuran pakan. Apabila penguapan
dilakukan dengan mixer jenis beton molen, proses penguapan dilakukan
sambil mengaduk campuran pakan tersebut. Penguapan tidak boleh dilakukan di
atas suhu yang diizinkan, yaitu sekitar 80°C. Pengukusan dengan suhu terlalu
tinggi dalam waktu yang lama akan merusak atau setidaknya mengurangi kandungan
beberapa nutrisi dalam pakan, khususnya vitamin dan asam amino. Dalam proses
pembuatan pakan ayam ras pedaging, penguapan tidak mutlak diperlukan. Selama
proses kondisioning terjadi penurunan kandungan bahan kering sampai 20% akibat
peningkatan kadar air bahan dan menguapnya sebagian bahan organik. Proses
kondisioning akan optimal bila kadar air bahan berkisar 15 – 18%.
Sistem kerja mesin pencetak sederhana adalah dengan
mendorong bahan campuran pakan di dalam sebuah tabung besi atau baja dengan
menggunakan ulir (screw) menuju cetakan (die) berupa pelat
berbentuk lingkaran dengan lubang – lubang berdiameter 2 – 3 mm, sehingga pakan
akan keluar dari cetakan tersebut dalam bentuk pellet. Kelemahan sistem ini
adalah diperlukannya tambahan air sebanyak 10 – 20% ke dalam campuran pakan,
sehingga diperlukan pengeringan setelah proses pencetakan tersebut. Penambahan
air dimaksudkan untuk membuat campuran atau adonan pakan menjadi lunak,
sehingga bisa keluar melalui cetakan. Jika dipaksakan tanpa menambahkan air ke
dalam campuran, mesin akan macet. Di samping itu, pellet yang keluar dari mesin
pencetak biasanya kurang padat.
III. METODOLOGI PRAKTIKUM
A.
Waktu
dan Tempat
Praktek
Observasi alat-alat Teknologi Bahan dan Produksi Pakan ini dilaksanakan pada Hari
Senin tanggal 24 Februari 2014 pada pukul
11.00-12.20 bertempat di Laboratorium Fakultas Peternakan dan Laboratorium
Perikanan Universitas Halu Oleo Kendari Sulawesi Tengara.
B. Alat
Alat yang
digunakan dalam praktikum ini dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Alat yang digunakan
dalam praktikum
No.
|
Nama Alat
|
Kegunaan
|
1.
|
Kamera
|
Dokumentasi
|
2.
|
Alat tulis
|
Mencatat hasil
pengamatan
|
3.
|
Alat produksi
pakan skala besar
|
Objek
pengamatan
|
4.
|
Alat produksi
pakan skala kecil
|
Objek
pengamatan
|
C. Prosedur
Kerja
Kegiatan yang dilakukan dalam praktikum
ini adalah mengamati alat-alat produksi pakan baik dalam skala besar (industri)
maupun dalam skala kecil (rumah tangga). Kemudian, mencatat hasil pengamatan
tersebut.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
Pengamatan
Hasil
pengamatan dari praktikum observasi alat-alat produksi pakan adalah sebagai
berikut:
1.
Pabrik
pembuatan pakan skala besar
Keterangan:
A= Ruang produksi
B= Kantor
C= Toilet
D= Pintu
|
Gambar 1. Tata letak pabrik produksi
pakan skala besar
2.
Alat-alat
produksi pakan skala kecil
Alat-alat produksi
pakan skala kecil umumnya digunakan untuk membuat pakan yang digunakan untuk
kepentingan pribadi, misalnya untuk memberi pakan ternak atau budidaya milik pribadi.
Gambar
2. Alat Pembuat Pakan Skala Kecil
3.
Alat-alat
produksi pakan skala besar
Alat-alat produksi
pakan skala besar merupakan industri yang memiliki pabrik produksi pakan dalam
jumlah besar seperti yang biasa dijumpai pada pasar jual beli dan digunakan
oleh masyarakat luas. Pakan yang dibuat menggunakan mesin dari proses awal
sampai akhir.
Gambar
3. Alat Pembuat pakan Skala Industri
B.
Pembahasan
Perkembangan industri
pakan buatan saat ini dapat dikatakan sangat pesat seiring dengan makin
maraknya peternakan dan juga budidaya sehingga penggunakan konsumsi pakan
buatan terus bertambah. Dengan bertambahnya permintaan pasar untuk memproduksi
pakan, maka diperlukan alat-alat canggih untuk memproduksi pakan dalam jumlah
besar dan dalam waktu yang singkat pula. Walaupun begitu, produksi pakan skala
kecil (rumah tangga) tetap masih ada untuk memenuhi kebutuhan budidaya yang
dikelola secara mandiri, juga berguna untuk menghemat biaya produksi dalam
proses budidaya.
Pada praktikum ini,
dilakukan pengamatan terhadap alat-alat produksi pakan skala besar dan skala
kecil, dimana keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing tetapi
pada dasarnya memiliki prinsip kerja yang sama.
Pada alat produksi
pakan skala besar memiliki kelebihan yaitu dapat memproduksi pakan dengan
kapasitas 500 kg/jam sehingga dapat mengefisienkan waktu dan dari proses awal
(penepungan) hingga akhir(pengemasan), semua tahapan dilakukan menggunakan mesin
serta kandungan nutrisi bahan dapat lebih dipertahankan karena salah satu
tahapan dari pembuatan pakan yaitu pengeringan (conditioning) yang dilakukan oleh mesin dengan suhu yang dapat
ditolerir sehingga nutrisi pakan tak banyak yang hilang. Kekurangan dari alat
industry ini adalah terbatasnya pasokan listrik sehingga diperlukan koordinasi
dengan pihak sumber listrik (PLN) untuk memberikan pasokan listrik. Alternatif
lain dari terbatasnya sumber listrik yaitu menggunakan genset, namun dengan menggunakan
alat tersebut, diperlukan alat penggerak berupa solar dalam jumlah besar dengan
harga yang tidak sedikit.
Pada alat produksi
pakan skala kecil secara umum dapat memproduksi pakan <100 kg/jam. Alat dari
produksi pakan ini terpisah-pisah mulai dari proses grinding, mixing dan
pelletizing, sehingga masih membutuhkan campur tangan manusia untuk
melakukan proses penyelesaiannya. Juga kandungan nutrisi akan mengalami
penurunan karena pada saat tahap pengeringan (conditioning) dilakukan menggunakan panas sinar matahari sehingga
jika matahari terlalu panas maka kandungan nutrisi akan banyak yang hilang
karena mengalami denaturasi. Namun begitu, produksi pakan skala kecil ini tetap
dilakukan untuk memenuhi kebutuhan budidaya yang mandiri serta menghemat biaya
produksi dalam budidaya.
Prinsip dalam pembuatan
pakan ikan yang harus dipahami adalah bagaimana prosedur yang benar dalam
membuat pakan ikan. Pakan ikan berbeda dengan pakan ternak, pakan ikan dibuat
untuk dikonsumsi oleh ikan yang hidup di air, mempunyai ukuran lambung yang
pendek, dan tidak langsung dapat dikonsumsi ikan tetapi berhubungan dengan
media air di mana ikan hidup.
Oleh karena itu, tahapan pertama
dalam prosedur pembuatan pakan adalah membuat tepung semua bahan baku yang
disebut dengan milling.
Peralatan yang dapat digunakan untuk melakukan penepungan bahan baku ada
berbagai macam bergantung pada kapasitas bahan baku yang akan ditepungkan mulai
dari disc mill, hammer mill, dan lain-lain.
Saluran
ke mesin penepungan
|
Tempat
memasukkan bahan baku
|
Prosedur selanjutnya setelah bahan baku yang sudah menjadi
tepung adalah melakukan penimbangan bahan baku jika proses pembuatan pakan
dilakukan secara skala rumah tangga, tetapi jika pembuatan pakan dilakukan secara
pabrikasi maka langkah selanjutnya adalah pencampuran atau mixing.
Saluran
ke mesin pencampur
|
Setelah dilakukan pencampuran langkah selanjutnya adalah
pembuatan adonan sampai benar-benar tercampur secara sempurna, kemudian
pencetakan pakan buatan atau pelleting.
Saluran ke mesin pencetak
|
Pakan yang telah terbentuk sesuai dengan keinginan pembuat
jika dilakukan secara skala rumah tangga maka pakan tersebut harus dilakukan
pengeringan atau drying,
tetapi jika dilakukan secara pabrikasi di mana peralatan pembuatan pakannya
telah dilengkapi dengan peralatan steam
untuk mengeringkan pakan sehingga tidak dibutuhkan proses pengeringan pakan.
Control
pengeluaran jumlah pakan
|
Tempat
pengeluaran pellet
|
Langkah terakhir dalam proses pembuatan pakan adalah
pengemasan dan pengangkutan pakan kepada para konsumen.
V. SIMPULAN DAN SARAN
A.
Simpulan
Simpulan yang dapat diambil dalam
praktikum teknologi bahan dan produksi pakan adalah:
1. Ada
lima tahapan pembuatan pakan buatan mulai proses awal hingga akhir yaitu grinding, mixing, steaming, pelletizing dan proses pengeringan.
2. Produksi
pakan buatan skala besar (industri) mampu menghasilkan 500 kg/jam pakan sedangkan
produksi pakan buatan skala kecil (rumah tangga) dapat menhasilkan >100
kg/jam pakan.
B.
Saran
Saran yang dapat
diberikan setelah praktikum ini adalah sebaiknya alat-alat produksi pakan baik
skala besar maupun skala kecil harus dirawat dengan baik.
DAFTAR
PUSTAKA
Lintang.
2013. Pengolahan pakan secara pelleting
(Pembuatan pellet). Diakses pada Hari Selasa Tanggal 26 Februari 2014. Kendari.
Ma’sum,
M. 2011. Pedoman umum pengembangan alat mesin pengolahan pakan di lokasi
integrasi ternak sapi. Diakses pada Hari Selasa Tanggal 26 Februari 2014.
Kendari.
Murtiani,
S. 2013. Proses pembuatan pakan buatan pada ikan. Diakses pada Hari Selasa Tanggal 26 Februari
2014. Kendari.
Pujaningsih,
R. I. 2011. Teknologi Pengolahan Pakan. Modul kuliah. niversitas Diponegoro.
Semarang.
Susi.
2012. Manajemen pemberian pakan. Diakses pada Hari Selasa Tanggal 26 Februari
2014. Kendari.
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI
BAHAN DAN PRODUKSI PAKAN
“SURVEY
ALAT-ALAT PRODUKSI PAKAN”
OLEH:
ANDI
LELA PANCA WARDANI M.
I1A3
11 008
PRODI
BDP KONSENTRASI ABALON
FAKULTAS
PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS
HALU OLEO
2014