Sang ratu cahaya belum juga
menampakkan wajahnya, pagi ini dingin sekali, menusuk hingga tulang-tulang,
bagai menggambarkan hati ini. Peristiwa itu masih melekat erat di otakku,
terlintas setiap saat dibenakku membuatku ngeri, entah pada dirimu yang bagai
setan tanpa ampun menertawai setiap tetes air mata yang mengalir deras dipipi
atau pada diri sendiri yang terlalu bodoh mengatasi emosi, situasi dan tetap
bodoh untuk menguasai dirimu di saat seperti itu, atau mungkin juga ngeri pada
diri kita yang terlalu menikmati hidangan di atas meja, yang membuat siapapun
melihat, menelan air liur atau mengeluarkan air liur tetes demi tetes tapi tak
tahu bagaimana rasa didalamnya, rasa sesungguhnya.
Merenung, mungkin aktivitas yang
tanpa menguras tenaga namun menguras otak yang baru saja mengumpulkan energy
lalu habis lagi. Yah, semuanya telah berakhir namun tak berakhir seperti apa
yang kita harapkan, semua yang telah terlewati menguap begitu saja. Saat
peristiwa itu terjadi, hanya benci yang ada di hati ini, namun setelah
perenungan, seakan tersadar bahwa ini berjalan karena memiliki sebab akibat,
juga yang paling penting kesadaran tentang doa yang sebenarnya selalu
mengganggu pikiran dan yang selalu terlontar dari hati saat berkomunikasi
dengan Tuhan. Ternyata tanpa sadar doa itu baru saja terijabah. Ini adalah
jalannya, apapun hasil akhirnya, ini adalah takdir yang selanjutnya hidup terus
berjalan apa adanya.
Sedikit takut terlupakan, setelah
sekian lama mengukir cerita di awan yang cerah, melukis dikanvas dengan
indahnya, bagai tulisan yang terhapus gulungan ombak yang menepi kepantai,
sepersekian detik lalu tak berbekas sama sekali.
Sedih kali ini, tak sesedih
hari-hari yang telah lalu, mungkin sudah kebal atau terlatih sakit hati.
Setidaknya sekarang sudah bisa mengontrol hati ini walaupun tak bisa terhindar
dari kecewa. Marah. Geram atau apalah namanya, yang jelas cukup menetralkan
perasaan, itu sudah sangat baik untuk menjalankan hidup yang pasti lebih indah.
Sekali lagi terfikir untuk marah,
tapi apa gunanya. Semoga jalan didepan yang dari jauh telah menampakkan
sinarnya, siap memberikan warna dalam hidup ini. Yah, Dendam atau ikhlas adalah
pilihan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar