Senin, 19 Mei 2014

survey alat-alat produksi pakan


I.       PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Pakan adalah makanan/asupan yang diberikan kepada hewan (peliharaan). Pakan merupakan sumber energi dan materi bagi pertumbuhan dan kehidupan makhluk hidup. Zat yang terpenting dalam pakan adalah protein. Pakan berkualitas adalah pakan yang kandungan protein, lemak, karbohidrat, mineral dan vitaminnya seimbang.
Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh dari penggunaan pakan buatan, diantaranya yaitu, bahan baku pakan dapat berupa limbah industri pertanian, perikanan, peternakan, dan makanan yang bernilai ekonomi rendah, tetapi masih mengandung nilai gizi yang cukup tinggi. Pakan buatan juga dapat disimpan dalam waktu relatif lama, tanpa terjadi perubahan kualitas yang drastis. Dengan demikian kebutuhan pakan dapat terpenuhi setiap saat. Selain itu pakan buatan juga dapat mengubah warna dan rasa, contohnya pada ikan. Pemberian kepompong ulat sutera dapat memperbaiki aroma daging ikan. Penambahan ekstrak bunga marigold ke dalam pakan, seperti banyak yang dilakukan oleh petani di Jepang, dapat menghasilkan aroma daging ikan yang lebih baik dan warna yang lebih menarik.
Perbaikan dalam produksi ternak terkait dengan ketersediaan pakan yang memadai baik dan segi kualitas yang ditunjukkan oleh nilai kandungan nutrisi atau gizi makanannya ataupun juga dan segi kuantitas, dimana jumlah pakan yang harus disediakan harus tersedia dalam jumlah yang selalu cukup. Namun dalam memenuhi kebutuhan akan pakan dijumpai banyak kandala, baik dan bahan penyusun pakan tersebut atau pakan dalam bentuk jadi yang dijual di pasar. Ketersediaan pakan ini sangat mernpengaruhi kondisi pasar sehingga harga sering berfluktuasi dan mahal. Hal ini mendorong peternak atau pembudidaya untuk meramu bahan pakan untuk memproduksi sendiri pakannya. Untuk itu diperlukan teknologi berupa mesin pembuat pakan ternak yang dapat membantu untuk memproduksi pakan, disamping akan meningkatkan produktivitas, efisiensi serta nilai tambah melalui pemanfaatan bahan baku dan hasil pertanian yang bernilai ekonomi rendah diolah menjadi bahan yang siap pakai.
Industri pakan kini telah berkembang, mulai dari skala kecil hingga besar. Pabrik pakan telah memiliki alat-alat canggih untuk memproduksi pakan dalam skala besar dengan waktu yang singkat. Dalam hal ini dapat diambil kesimpulan bahwa peternakan maupun budidaya telah banyak dilakukan. hal ini merupakan keuntungan berbagai pihak baik produsen selaku pabrik produksi pakan juga konsumen selaku peternak dan pembudidaya.
Sehubungan dengan hal tersebut, dilakukan praktikum teknologi bahan dan produksi pakan yaitu survey alat-alat produksi pakan saat ini pada industri skala kecil maupun skala besar.
B.     Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk dapat mengetahui perkembangan alat-alat produksi pakan baik industri skala kecil maupun skala besar. Kegunaan dari praktikum ini adalah dapat mengetahui prinsip kerja dari alat-alat produksi pakan saat ini.

II.    TINJAUAN PUSTAKA
A.    Pembuatan Pakan
Ada dua cara yang dapat ditempuh dalam pembuatan pakan berbentuk pellet, yaitu secara manual dan atau dengan menggunakan mesin (feedmill). Pembuatan pakan secara manual dilakukan dengan menggunakan alat-alat yang sederhana. Alat yang dipergunakan adalah sekop (paddle) atau drum yang dirancang dengan mengunakan prinsip kerja mixer (Pujaningsih, 2011).
Cara yang  kedua dengan menggunakan mesin. Mesin pembuat pakan ini terdiri atas mesin-mesin penggiling (hammer mill), mesin penimbang (weigher), mesin pemusing (cyclone), mesin pengangkat/pemindah bahan (auger, elevator), mesin penghembus (blower), mesin pencampur (mixer), dan mesin pembuat pellet. Untuk pembuatan pellet menggunakan alat blower, boiler, mash bin, cooler, die, screw conveyor, mixer, vibrator dan transporter.
B.     Persyaratan Alat Mesin Pengolah Pakan
Alat mesin dan perlengkapan pendukung yang dipergunakan untuk memproduksi pakan harus disesuaikan dengan jenis pakan yang akan diproduksi serta memenuhi persyaratan teknis minimal. Persyaratan dari alat mesin pengolah pakan yang akan dibeli dan dipergunakan oleh kelompok peternak/pembudidaya menurut Ma’sum (2011) adalah :
1.      Sesuai dengan jenis bahan pakan yang akan diproses
2.      Permukaan yang berhubungan dengan bahan pakan yang di proses harus halus, tidak berlubang/bercelah, tidak mengelupas, tidak menyerap air dan tidak berkarat.
3.      Alat mesin tidak mencemari hasil produksi dengan jasad renik, unsur atau fragmen logam yang lepas atau pergeseran dari peralatan, minyak pelumas, bahan bakar, dan sebagainya.
4.      Bentuk konstruksinya diupayakan agar bahan pakan tidak tumpah/terbuang sewaktu diproses.
5.      Dalam pengadaan mesin, agar dilakukan uji coba operasional sampai bisa memproduksi pakan. Oleh karena itu diperlukan jaminan atau garansi dari suplier sampai alat mesin dapat berfungsi dengan baik.
Selain alat utama dari pembuatan pakan, terdapat pula peralatan pendukung untuk menunjang proses produksi pakan. Peralatan pendukung lain terdiri dari :
1.      Gerobak/troli
Untuk memudahkan dan mempercepat membawa bahan pakan.
2.      Conveyor
Berfungsi sebagai sarana untuk memindahkan bahan pakan yang diproses dari satu unit ke unit operasi lainnya.
3.      Kaitan (gaco)
Penggunaan gaco diperlukan pada saat menaikkan atau menurunkan karung/kemasan bahan pakan atau pakan yang di produksi.
4.      Wadah atau bak penampung dan sekop
5.      Peralatan bengkel
Terdiri dari kunci, palu, obeng, tang, gergaji, dsb yang dapat digunakan jika ada masalah pada alat mesin pengolah pakan.
C.    Alat-alat Produksi Pakan
1.      Alat Penepung  (Grinding)
Grinding adalah proses pengecilan ukuran partikel bahan dari bentuk kasar menjadi ukuran yang lebih halus  dan menghindari segregasi partikel-partikel bahan.  Pengecilan ukuran merupakan suatu bentuk proses penghancuran dan pemotongan bentuk padatan menjadi bentuk yang lebih kecil oleh gaya mekanik (Susi,2012).
Menurut Susi ( 2012) Terdapat empat cara yang diterapkan pada mesin-mesin pengecilan ukuran :
·         Kompresi, pengecilan ukuran dengan tekstur yang keras;
·         Impact atau pukulan, digunakan untuk bahan padatan dengan tekstur kasar;
·         Attrition, digunakan untuk menghasilkan produk dengan tekstur halus dan;
·         Cutting, digunakan untuk menghasilkan produk dengan ukuran dan bentuk tertentu.
Tujuan utama dari proses grinding adalah :
·         Meningkatkan luas permukaan partikel bahan terhadap sistem pencernaan sehingga meningkatkan daya cerna bahan
·         Memperbaiki cara penanganan terhadap bahan baku
·         Memperbaiki karakteristik mixing dari setiap bahan baku sehingga bisa diperoleh hasil mixing yang lebih homogen.
·         Memuaskan selera konsumen karena tampilan pakan menjadi
lebih baik.
Pada prinsipnya pengecilan ukuran diklasifikasikan menurut produk akhir yang dihasilkan.
a.       Pengecilan ukuran ekstrim yaitu merubah dimensi ukuran bahan secara signifikan, misalnya penggilingan dan penggerusan.
b.      Pengecilan bahan yang menghasilkan ukuran produk yang masih berdimensi besar atau nisbah produk akhir dengan awalnya tidak terlalu signifikan, misalnya pada proses pemotongan dan pengempaan.
Bahan–bahan yang harus melewati proses grinding adalah jagung, sorghum, kedelai, kacang tanah, dedak kasar, sumber protein hewani yang kasar dan lain-lain.  Proses grinding berkaitan dengan ukuran partikel bahan karena ukuran partikel yang bisa dihasilkan sangat dipengaruhi oleh ukuran diameter saringan yang digunakan dan kecepatan putaran pisau. Diameter saringan 3 mm pada kecepatan putaran tinggi cukup untuk menghasilkan partikel-partikel berdiameter <2 mm yang sudah cukup halus untuk menjaga kualitas pellet (Lintang, 2013).
Karakteristik bahan menentukan efisiensi grinding. Bahan dengan kadar air tinggi akan mempersulit grinding karena bahan cenderung lengket dan sulit keluar dari lubang saringan.  Bahan yang digunakan sebaiknya cukup kering sehingga mempermudah  proses dan  cenderung cepat keluar dari ruang grinding.
Ada dua jenis alat yang dapat digunakan untuk melakukan penepungan bahan baku. Peralatan yang digunakan pada proses penepungan menggunakan saringan adalah alat penepung hammer disk mill dan disk mill.


2.      Alat pencampur (Mixer)
Bahan baku yang telah berbentuk tepung ditimbang sesuai dengan jumlah bahan baku yang akan digunakan. Apabila bahan baku yang akan digunakan cukup banyak sebaiknya digunakan timbangan duduk atau timbangan beras. Namun bila sedikit sebaiknya menggunakan timbangan kue atau timbangan lainnya yang mempunyai tingkat ketelitian lebih tinggi.
Untuk bahan baku dengan jumlah sedikit, terlebih dahulu dilakukan pre-mixing atau pencampuran awal. Bahan yang dicampur pada tahap awal meliputi vitamin, mineral, kalsium karbonat, asam amino kristal, pemacu pertumbuhan, koksidiostat dan antioksidan. Penimbangan bahan – bahan ini harus dilakukan dengan timbangan yang mempunyai tingkat ketelitian tinggi.
Minimal diperlukan waktu 15 menit untuk mencampur bahan pakan dengan menggunakan mesin pencampur jenis beton molen supaya diperoleh campuran yang merata. Apabila digunakan mixer horisontal, diperlukan waktu pencampuran lebih singkat.
Setelah ditimbang, bahan dicampur secara merata dan homogen agar seluruh bagian pakan yang dihasilkan mempunyai komposisi zat gizi yang merata dan sesuai dengan formulasi. Pencampuran bahan-bahan dilakukan secara bertahap mulai dari bahan yang volumenya paling besar hingga bahan yang volumenya paling kecil.
Pencampuran bahan baku dalam jumlah kecil dapat dilakukan pada wadah dan pengadukannya dapat dilakukan dengan tangan atau alat seperti centong nasi. Pencampuran bahan baku dalam jumlah besar biasanya menggunakan alat bantu, misalnya serok sebagai pengganti mesin pencampur (mixer). Untuk memperoleh hasil yang sempurna dan homogen dan apabila biaya tersedia maka dianjurkan menggunakan mesin pencampur (mixer).
3.      Pencetakan (Pelletizing)
Pembuatan pellet terdiri dari proses pencetakan, pendinginan dan pengeringan. Perlakuan akhir terdiri dari proses sortasi, pengepakan dan pergudangan. Proses penting dalam pembuatan pellet adalah pencampuran (mixing), pengaliran uap (conditioning), pencetakan (extruding) dan pendinginan (cooling).
Proses conditioning adalah proses pemanasan dengan uap air pada bahan yang ditujukan untuk gelatinisasi agar terjadi perekatan antar partikel bahan penyusun sehingga penampakan pellet menjadi kompak, durasinya mantap, tekstur dan kekerasannya bagus. Proses conditioning ditujukan untuk gelatinisasi dan melunakkan bahan agar mempermudah pencetakan. Disamping itu juga bertujuan untuk membuat pakan menjadi steril, terbebas dari kuman atau bibit penyakit; menjadikan pati dari bahan baku yang ada sebagai perekat; pakan menjadi lebih lunak sehingga ternak mudah mencernanya; menciptakan aroma pakan yang lebih merangsang nafsu makan ternak.
Proses conditioning dilakukan dengan bantuan steam boiler yang uapnya diarahkan ke dalam campuran pakan. Apabila penguapan dilakukan dengan mixer jenis beton molen, proses penguapan dilakukan sambil mengaduk campuran pakan tersebut. Penguapan tidak boleh dilakukan di atas suhu yang diizinkan, yaitu sekitar 80°C. Pengukusan dengan suhu terlalu tinggi dalam waktu yang lama akan merusak atau setidaknya mengurangi kandungan beberapa nutrisi dalam pakan, khususnya vitamin dan asam amino. Dalam proses pembuatan pakan ayam ras pedaging, penguapan tidak mutlak diperlukan. Selama proses kondisioning terjadi penurunan kandungan bahan kering sampai 20% akibat peningkatan kadar air bahan dan menguapnya sebagian bahan organik. Proses kondisioning akan optimal bila kadar air bahan berkisar 15 – 18%.
Sistem kerja mesin pencetak sederhana adalah dengan mendorong bahan campuran pakan di dalam sebuah tabung besi atau baja dengan menggunakan ulir (screw) menuju cetakan (die) berupa pelat berbentuk lingkaran dengan lubang – lubang berdiameter 2 – 3 mm, sehingga pakan akan keluar dari cetakan tersebut dalam bentuk pellet. Kelemahan sistem ini adalah diperlukannya tambahan air sebanyak 10 – 20% ke dalam campuran pakan, sehingga diperlukan pengeringan setelah proses pencetakan tersebut. Penambahan air dimaksudkan untuk membuat campuran atau adonan pakan menjadi lunak, sehingga bisa keluar melalui cetakan. Jika dipaksakan tanpa menambahkan air ke dalam campuran, mesin akan macet. Di samping itu, pellet yang keluar dari mesin pencetak biasanya kurang padat.




III.       METODOLOGI PRAKTIKUM
A.    Waktu dan Tempat
Praktek Observasi alat-alat Teknologi Bahan dan Produksi Pakan ini dilaksanakan pada Hari Senin tanggal 24 Februari 2014 pada pukul 11.00-12.20 bertempat di Laboratorium Fakultas Peternakan dan Laboratorium Perikanan Universitas Halu Oleo Kendari Sulawesi Tengara.
B.     Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Alat yang digunakan dalam praktikum
No.
Nama Alat
Kegunaan
1.
Kamera
Dokumentasi
2.
Alat tulis
Mencatat hasil pengamatan
3.
Alat produksi pakan skala besar
Objek pengamatan
4.
Alat produksi pakan skala kecil
Objek pengamatan

C.    Prosedur Kerja
Kegiatan yang dilakukan dalam praktikum ini adalah mengamati alat-alat produksi pakan baik dalam skala besar (industri) maupun dalam skala kecil (rumah tangga). Kemudian, mencatat hasil pengamatan tersebut.


IV.    HASIL DAN PEMBAHASAN
A.    Hasil Pengamatan
Hasil pengamatan dari praktikum observasi alat-alat produksi pakan adalah sebagai berikut:
1.      Pabrik pembuatan pakan skala besar








D


D
D

D


D


D

D

B

B
C
B

A
Keterangan:
A= Ruang produksi
B= Kantor
C= Toilet
D= Pintu
 









Gambar 1. Tata letak pabrik produksi pakan skala besar
2.      Alat-alat produksi pakan skala kecil
Alat-alat produksi pakan skala kecil umumnya digunakan untuk membuat pakan yang digunakan untuk kepentingan pribadi, misalnya untuk memberi pakan ternak atau budidaya milik pribadi.
Gambar 2. Alat Pembuat Pakan Skala Kecil
3.      Alat-alat produksi pakan skala besar
Alat-alat produksi pakan skala besar merupakan industri yang memiliki pabrik produksi pakan dalam jumlah besar seperti yang biasa dijumpai pada pasar jual beli dan digunakan oleh masyarakat luas. Pakan yang dibuat menggunakan mesin dari proses awal sampai akhir.

Gambar 3. Alat Pembuat pakan Skala Industri
B.     Pembahasan
Perkembangan industri pakan buatan saat ini dapat dikatakan sangat pesat seiring dengan makin maraknya peternakan dan juga budidaya sehingga penggunakan konsumsi pakan buatan terus bertambah. Dengan bertambahnya permintaan pasar untuk memproduksi pakan, maka diperlukan alat-alat canggih untuk memproduksi pakan dalam jumlah besar dan dalam waktu yang singkat pula. Walaupun begitu, produksi pakan skala kecil (rumah tangga) tetap masih ada untuk memenuhi kebutuhan budidaya yang dikelola secara mandiri, juga berguna untuk menghemat biaya produksi dalam proses budidaya.
Pada praktikum ini, dilakukan pengamatan terhadap alat-alat produksi pakan skala besar dan skala kecil, dimana keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing tetapi pada dasarnya memiliki prinsip kerja yang sama.
Pada alat produksi pakan skala besar memiliki kelebihan yaitu dapat memproduksi pakan dengan kapasitas 500 kg/jam sehingga dapat mengefisienkan waktu dan dari proses awal (penepungan) hingga akhir(pengemasan), semua tahapan dilakukan menggunakan mesin serta kandungan nutrisi bahan dapat lebih dipertahankan karena salah satu tahapan dari pembuatan pakan yaitu pengeringan (conditioning) yang dilakukan oleh mesin dengan suhu yang dapat ditolerir sehingga nutrisi pakan tak banyak yang hilang. Kekurangan dari alat industry ini adalah terbatasnya pasokan listrik sehingga diperlukan koordinasi dengan pihak sumber listrik (PLN) untuk memberikan pasokan listrik. Alternatif lain dari terbatasnya sumber listrik yaitu menggunakan genset, namun dengan menggunakan alat tersebut, diperlukan alat penggerak berupa solar dalam jumlah besar dengan harga yang tidak sedikit.
Pada alat produksi pakan skala kecil secara umum dapat memproduksi pakan <100 kg/jam. Alat dari produksi pakan ini terpisah-pisah mulai dari proses grinding, mixing dan pelletizing, sehingga masih membutuhkan campur tangan manusia untuk melakukan proses penyelesaiannya. Juga kandungan nutrisi akan mengalami penurunan karena pada saat tahap pengeringan (conditioning) dilakukan menggunakan panas sinar matahari sehingga jika matahari terlalu panas maka kandungan nutrisi akan banyak yang hilang karena mengalami denaturasi. Namun begitu, produksi pakan skala kecil ini tetap dilakukan untuk memenuhi kebutuhan budidaya yang mandiri serta menghemat biaya produksi dalam budidaya.
Prinsip dalam pembuatan pakan ikan yang harus dipahami adalah bagaimana prosedur yang benar dalam membuat pakan ikan. Pakan ikan berbeda dengan pakan ternak, pakan ikan dibuat untuk dikonsumsi oleh ikan yang hidup di air, mempunyai ukuran lambung yang pendek, dan tidak langsung dapat dikonsumsi ikan tetapi berhubungan dengan media air di mana ikan hidup.
Oleh karena itu, tahapan pertama dalam prosedur pembuatan pakan adalah membuat tepung semua bahan baku yang disebut dengan milling. Peralatan yang dapat digunakan untuk melakukan penepungan bahan baku ada berbagai macam bergantung pada kapasitas bahan baku yang akan ditepungkan mulai dari disc mill, hammer mill, dan lain-lain.
Alat penepungan
Saluran ke mesin penepungan
Tempat memasukkan bahan baku









Prosedur selanjutnya setelah bahan baku yang sudah menjadi tepung adalah melakukan penimbangan bahan baku jika proses pembuatan pakan dilakukan secara skala rumah tangga, tetapi jika pembuatan pakan dilakukan secara pabrikasi maka langkah selanjutnya adalah pencampuran atau mixing.
Mesin pencampur
Saluran ke mesin pencampur
Setelah dilakukan pencampuran langkah selanjutnya adalah pembuatan adonan sampai benar-benar tercampur secara sempurna, kemudian pencetakan pakan buatan atau pelleting.
Mesin pencetak
Saluran ke mesin pencetak
Ruang pengering







Pakan yang telah terbentuk sesuai dengan keinginan pembuat jika dilakukan secara skala rumah tangga maka pakan tersebut harus dilakukan pengeringan atau drying, tetapi jika dilakukan secara pabrikasi di mana peralatan pembuatan pakannya telah dilengkapi dengan peralatan steam untuk mengeringkan pakan sehingga tidak dibutuhkan proses pengeringan pakan.

Control pengeluaran jumlah pakan
Tempat pengeluaran pellet
steamer








Langkah terakhir dalam proses pembuatan pakan adalah pengemasan dan pengangkutan pakan kepada para  konsumen.



V.    SIMPULAN DAN SARAN
A.    Simpulan
Simpulan yang dapat diambil dalam praktikum teknologi bahan dan produksi pakan adalah:
1.      Ada lima tahapan pembuatan pakan buatan mulai proses awal hingga akhir yaitu grinding, mixing, steaming, pelletizing dan proses pengeringan.
2.      Produksi pakan buatan skala besar (industri) mampu menghasilkan              500 kg/jam pakan sedangkan produksi pakan buatan skala kecil (rumah tangga) dapat menhasilkan >100 kg/jam pakan.
B.     Saran
Saran yang dapat diberikan setelah praktikum ini adalah sebaiknya alat-alat produksi pakan baik skala besar maupun skala kecil harus dirawat dengan baik.



DAFTAR PUSTAKA
Lintang. 2013. Pengolahan pakan secara pelleting (Pembuatan pellet). Diakses pada Hari Selasa Tanggal 26 Februari 2014. Kendari.
Ma’sum, M. 2011. Pedoman umum pengembangan alat mesin pengolahan pakan di lokasi integrasi ternak sapi. Diakses pada Hari Selasa Tanggal 26 Februari 2014. Kendari.
Murtiani, S. 2013. Proses pembuatan pakan buatan pada ikan.  Diakses pada Hari Selasa Tanggal 26 Februari 2014. Kendari.
Pujaningsih, R. I. 2011. Teknologi Pengolahan Pakan. Modul kuliah. niversitas Diponegoro. Semarang.
Susi. 2012. Manajemen pemberian pakan. Diakses pada Hari Selasa Tanggal 26 Februari 2014. Kendari.



























LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI BAHAN DAN PRODUKSI PAKAN
“SURVEY ALAT-ALAT PRODUKSI PAKAN”









OLEH:

ANDI LELA PANCA WARDANI M.
I1A3 11 008









PRODI BDP KONSENTRASI ABALON
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
2014