LAPORAN PRAKTIKUM
PENANGANAN LIMBAH PROSESING
“PEMANFAATAN LIMBAH FILLET IKAN
MENJADI BROWNIES IKAN”
OLEH:
ANDI LELA PANCA WARDANI
M.
I1A3 11 008
PROGRAM STUDI BDP KONSENTRASI
ABALON
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU
KELAUTAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
2014
I. PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Berbagai
cara pengolahan untuk membuat produk perikanan telah berkembang
pesat. Selain dipasarkan dalam bentuk segar, ikan juga kini dipasarkan
dalam berbagai bentuk produk, misalnya sebagai ikan kaleng, surimi, bakso ikan
dan lain sebagainya. Selain produk-produk tersebut, salah satu inovasi
yang kini telah berkembang yaitu pembuatan brownies ikan.
Sebagaimana
yang telah kita ketahui, bahwa ikan merupakan sumber protein tinggi dan nutrisi
lainnya yang penting bagi tubuh dan aman dikonsumsi. Salah satu tujuan
penambahan ikan dalam brownies yaitu diharapkan agar mereka yang enggan
mengkonsumsi ikan (Terutama anak-anak) dengan alasan tidak menyukai cita rasa ikan tetap dapat memperoleh nutrisi
tersebut melalui brownies ikan.
Selain bahan
baku dari target utama, limbah dari fillet ikan juga dapat digunakan. Dengan
memanfaatkan limbah hasil pengolahan perikanan berarti turut membantu
mengurangi limbah dan meningkatkan pemanfaatan ikan yang memiliki nutrisi yang
tinggi.
Limbah
hasil pengolahan produk ikan yang biasanya terdiri atas kepala, tulang, dan isi
perut, Ketika dibuang atau dibiarkan begitu saja, akan menyebabkan
pencemaran lingkungan, misalnya menimbulkan bau yang tidak sedap dan dalam
jumlah yang banyak dapat mengganggu kualitas perairan. Selain itu dengan
langsung membuang bagian-bagian ikan tersebut, maka telah terjadi pembuangan
sejumlah nutrisi penting dari limbah. Misalnya kepala udang yang dapat
menjadi sumber kitin dan kitosan, tulang ikan yang dapat menjadi sumber
beberapa mineral, dan isi perut yang dapat diekstrak enzimnya, atau
dimanfaatkan untuk pembuatan silase. Selain itu, biasanya pada kepala dan
tulang ikan masih terdapat sisa-sisa daging yang menempel, yang jika
dikumpulkan dalam jumlah banyak, dapat digunakan sebagai bahan baku untuk
membuat berbagai produk makanan olahan.
Limbah hasil
processing harus masih dalam keadaan segar jika akan dimanfaatkan
kembali. Kualitasnya harus tetap terjaga seperti halnya bahan baku
sebelum diolah. Untuk itu, cara penanganannya pun tidak jauh berbeda
dengan bagian-bagian ikan yang menjadi target utama dalam pengolahan. Dengan
kata lain, penanganan bahan baku pada suhu rendah harus tetap dilakukan, maka untuk
dapat memanfaatkan limbah processing hasil perikanan maka dilakukan praktikum
penanganan limbah perikanan melalui pembuatan brownies.
B.
Tujuan
dan Manfaat
Tujuan dari praktikum
ini adalah dapat memanfaatkan limbah ikan dari hasil processing menjadi sesuatu
yang bernilai ekonomis dan bergizi. Manfaat dari praktikum ini adalah
mengetahui cara pengolahan limbah ikan dengan benar melalui pembuatan brownies
ikan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A.
Limbah
Industri Perikanan
Limbah pada dasarnya adalah suatu bahan yang terbuang atau
dibuang dari suatu sumber aktivitas manusia maupun proses alam dan belum
mempunyai nilai ekonomis, bahkan dapat mempunyai nilai ekonomi negatif
karena penanganan untuk membuang atau membersihkan memerlukan biaya yang cukup
besar disamping dapat mencemari lingkungan.
Menurut Laksmi dan Rahayu (1993), penanganan limbah yang
kurang baik merupakan masalah di dalam usaha industri termasuk industri
perikanan yang menghasilkan limbah pada usaha penangkapan, penanganan,
pengangkutan, distribusi, dan pemasaran. Limbah sebagai buangan industri
perikanan dikelompokkan menjadi tiga macam berasarkan wujudnya yaitu limbah
cair, limbah padat, dan limbah gas. Limbah cair adalah bahan-bahan pencemar
berbentuk cair.
Air limbah adalah air yang membawa sampah (limbah) dari
rumah tinggal, bisnis, dan industri yaitu campuran air dan padatan terlarut
atau tersuspensi dapat juga merupakan air buangan dari hasil proses yang
dibuang ke dalam lingkungan. Limbah cair yang dihasikan oleh industri
pengolahan ikan mempunyai pH mendekati 7 (netral), yang disebabkan oleh adanya
dekomposisi bahan-bahan yang mengandung protein dan banyaknya senyawa-senyawa
amonia. Kandungan limbah cair industri perikanan tergantung pada derajat
kontaminasi dan juga mutu air yang digunakan untuk proses (Gonzales dalam
Heriyanto, 2006).
Bau yang timbul dari limbah cair perikanan disebabkan oleh
dekomposisi bahan- bahan organik yang menghasilkan senyawa amina mudah
menguap, diamina dan amoniak. Limbah cair industri perikanan memiliki kandungan
nutrien, minyak, dan lemak yang tinggi sehingga menyebabkan tingginya nilai
COD, terutama berasal dari proses penyiangan usus dan isi perut serta
proses pemasakan (Mendez et a1., 1992 dalam
Sari, 2005).
Limbah padat adalah hasil buangan industri yang berupa
padatan, lumpur atau bubur yang berasal dari suatu proses pengolahan.
Sumber-sumber dari limbah padat sendiri meliputi seperti pabrik gula, pulp,
kertas, rayon, plywood, limbah nuklir, pengawetan buah, ikan, atau
daging.
Menurut Anonim (2014), secara garis besar limbah padat
terdiri dari:
a.
Limbah padat yang mudah terbakar
b.
Limbah padat yang sukar terbakar
c.
Limbah padat yang mudah membusuk
d.
Limbah yang dapat didaur ulang
e.
Limbah radioaktif
f.
Bongkaran bangunan
g.
Lumpur
Menurut Kusnoputranto (1985) Beberapa parameter yang
digunakan dalam pengukuran kualitas air limbah antara lain:
a.
Kandungan
Zat Padat
Kandungan zat padat ini diukur dalam
bentuk Total Suspended Solid (TSS) dan Total Dissolved
Solid (TDS). TSS adalah padatan yang menyebabkan kekeruhan air yang
tidak larut dan tidak dapat mengendap langsung. TDS adalah padatan yang
menyebabkan kekeruhan pada air yang sifatnya terlarut dalam air.
b.
Kandungan
Zat Organik
Zat organik di dalam penguraiannya
memerlukan oksigen dan bantuan mikroorganisme. Salah satu penentuan zat organik
adalah dengan mengukur BOD (Biologycal
Oxygen Demand) dari buangan tersebut. BOD adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan
oleh bakteri untuk melakukan dekomposisi aerobik bahan-bahan organik
dalam larutan, di bawah kondisi waktu dan suhu tertentu (biasanya lima hari
pada suhu 20°C).
c.
Kandungan
Zat Anorganik
Beberapa komponen zat anorganik yang
berperan penting sebagai parameter kualitas air limbah antara lain Nitrogen
dalam senyawa Nitrat, Phospor, H2O dalam zat beracun dan logam berat seperti
Hg, Cd, Pb; dan lain-lain.
d.
Gas
Adanya gas N2, O2, dan CO2 pada
air buangan berasal dari udara yang larut ke dalam air dan gas H2S, NH3, dan
CH4 yang berasal dari proses dekomposisi air buangan. Oksigen di
dalam air buangan dapat diketahui dengan mengukur DO ( Dissolved Oxygen).
Jumlah oksigen yang ada di dalam air sering digunakan untuk menentukan
banyaknya/besarnya pencemaran organik dalam larutan, semakin rendah DO suatu
larutan semakin tinggi kandungan zat organiknya.
e.
Kandungan
Bakteriologis
Bakteri golongan Coli terdapat
normal di dalam usus dan tinja manusia. Sumber bakteri patogen dalam air
berasal dari tinja manusia yang sakit. Analisis bakteri patogen yang terdapat
dalam air buangan cukup sulit, sehingga digunakan parameter mikrobiologis
perkiraan terdekat jumlah golongan coliform (MPN/Most Probably Number) dalam
sepuluh mililiter buangan serta
perkiraan terdekat jumlah golongan coliform tinja dalam seratus mililiter air buangan.
f.
pH
(Derajat Keasaman)
Pengukuran pH berkaitan dengan
proses pengolahan biologis karena pH yang kecil akan menyulitkan, disamping
akan mengganggu kehidupan dalam air jika dibuang ke perairan terbuka. g.
Suhu Suhu air buangan umumnya tidak banyak berbeda dengan suhu udara tetapi
lebih tinggi daripada suhu air minum. Suhu dapat mempengaruhi kehidupan dalam
air.
B.
Sistem
Penanganan Limbah Cair Industri Perikanan
Selama proses pengolahan, industri pengolahan ikan akan
menghasilkan cairan yang berasal dari proses pemotongan, pencucian, dan
pengolahan produk yang mengandung darah, lendir, dan potongan-potongan ikan
kecil. Limbah cair industri perikanan mengandung banyak protein dan lemak,
sehingga mengakibatkan nilai nitrat dan amonia yang cukup tinggi. Perbedaan itu
dipengaruhi oleh tingkat produksi, jenis bahan mentah, kesegaran, dan
jenis produk akhir yang dihasilkan. Air rebusan dalam proses pengolahan ikan
merupakan limbah cair industri pangan yang mengandung berbagai komponen
flavour yang
menarik untuk dimanfaatkan agar dapat mengurangi pemborosan terhadap biaya
pemulihan lingkungan yang tercemar. Limbah cair industri pangan khususnya air
rebusan pindang mengandung banyak protein dan lemak sehingga meningkatkan
konsentrasi BOD5 dan TSS yang cukup tinggi. Kadar BOD5 dan TSS
tergantung pada tingkat produksi, jenis bahan mentah, kesegaran, dan
pemindangan ikan yang berasal dari produk akhir yang dihasilkan
(Dordland, 1997).
Limbah cair industri pangan mengandung berbagai jenis
protein yang begizi tinggi namun belum dapat dimanfaatkan secara optimal
sehingga limbah tersebut dapat menimbulkan masalah di lingkungan bila tidak
dilakukan proses pengolahan. Limbah cair tersebut berasal dari bekas pemasakan
dan penirisan yang biasanya dimanfaatkan untuk kecap ikan, petis ikan dan
flavour. Limbah yang dihasilkan oleh industri pangan khususnya hasil olahan
ikan meliputi protein, karbohidrat terlarut, serpihan daging, dan komponen
lainnya yang hilang selama perebusan (Morita, 2002).
Menurut Sugiharto (1987) ada
5 tahap yang di perlukan dalam pengolahan air limbah, yaitu:
a.
Pengolahan
Awal (Pretreatment)
Tahap ini melibatkan proses fisik yang
bertujuan untuk menghilangkan padatan tersuspensi dan minyak dalam
limbah. Beberapa proses pengolahan yang berlangsung pada tahap ini ialah
screen and grit removal, equalization and storage, serta oil
separation.
b.
Pengolahan
Tahap Pertama ( Primary Treatment)
Pengolahan tahap pertama memiliki
tujuan yang sama dengan pengolahan awal. Letak perbedaannya ialah pada proses
yang berlangsung. Proses yang terjadi ialah neutralization,chemical addition
and coagulation, flotation, sedimentation, dan filtration.
c.
Pengolahan
Tahap Kedua (Secondary Treatment)
Tahap kedua dirancang untuk menghilangkan zat
terlarut dari limbah yang tak dapat dihilangkan dengan proses fisik. Peralatan
yang umum digunakan pada pengolahan tahap ini ialah activated sludge, anaerobic
lagoon, tricking filter, aerated lagoon, stabilization basin, rotating
biological contactor, serta anaerobic contactor and filter.
d.
Pengolahan
Tahap Ketiga (Tertiary Treatment)
Proses-proses yang terlibat dalam
pengolahan air limbah tahap ketiga ialah coagulation and sedimentation,
filtration, carbon adsorption, ion exchange, membrane separation , serta thickening gravity or
flotation. Tahap ini dilakukan pemisahan secara kimia untuk lebih memurnikan
air yang belum sepenuhnya bersih.
e.
Pengolahan
Lumpur (Sludge Treatment)
Lumpur yang terbentuk sebagai hasil
keempat tahap pengolahan sebelumnya kemudian diolah kembali melalui proses
digestion or wet combustion, pressure filtration, vacuum filtration,
centrifugation, lagooning or drying bed, incineration, atau landfill.
C.
Pemanfaatan Limbah Padat Industri
Perikanan
Limbah padat perikanan merupakan limbah padat yang tidak
menimbulkan zat-zat beracun bagi lingkungan, namun merupakan limbah padat yang
mudah membusuk, sehingga menyebabkan bau yang sangat menyengat. Limbah padat
dapat berupa kepala, kulit, tulang ikan, potongan daging ikan, sisik,
insang atau saluran pencernaan (Sugiharto, 1987).
Tulang ikan merupakan salah satu limbah hasil pengolahan
perikanan yang dapat dimanfaatkan sebagai tepung untuk bahan pangan.
Pemanfaatan tepung tulang ikan dapat dilakukan dalam bentuk pengayaan
(enrichment) sebagai salah satu upaya fortifikasi zat gizi dalam makanan.
Tulang ikan banyak mengandung garam mineral dari garam fosfat, seperti kalsium
fosfat (Elfauziah, 2003). Penelitian mengenai kalsium tulang ikan telah banyak
dilakukan. Penelitian yang dilakukan oleh Nabil (2005) memperoleh hasil bahwa
kalsium dari ikan tuna sebesar 23,72-39,24%.
Kulit ikan terdiri dari daerah punggung, perut dan ekor
sesuai dengan bentuk badannya. Kulit ikan tersusun dari komponen kimia
protein, lemak, air, dan mineral. Kulit ikan merupakan penghalang fisik
terhadap perubahan lingkungan serta serangan mikroba dari luar tubuh. Kulit
ikan merupakan salah satu bagian pada ikan yang banyak dimanfaatkan
selain dagingnya. Kulit ikan dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan
maupun non pangan. Kulit ikan banyak digunakan sebagai bahan baku dalam
proses pembuatan kerupuk kulit ikan, gelatin, kulit olahan, tepung ikan,
serta sumber kolagen untuk kosmetik. Kandungan protein kolagen yang terdapat
pada kulit ikan yaitu sebesar 41-84% (Judoamidjojo, 1981).
D.
Contoh Produk Hasil Pemanfaatan
Limbah Industri Perikanan
Limbah Industri perikanan dapat dimanfaatkan hingga
menghasilkan beberapa produk yang bermanfaat. Contoh produk limbah industri
perikanan antara lain:
1.
Tepung
Tulang Ikan
Tepung ikan adalah produk berkadar
air rendah yang diperoleh dari penggilingan ikan. Produk yang kaya dengan
protein dan mineral ini digunakansebagai bahan baku pakan. Tepung ikan
mengandung protein yang cukup tinggi, sehingga sering digunakan sebagai sumber
utama protein pada pakan unggas, disamping pakan lainnya. Selain sebagai
sumber protein, tepung ikan juga dapat digunakan sebagai sumber kalsium. Tepung
ikan yang bermutu baik harus mempunyai sifat-sifat sebagai berikut
(Afrianto dan Liviawaty, 2005) :
-
Butiran – butirannya harus seragam
-
Bebas dari sisa – sisa tulang, mata ikan dan benda asing, warna halus
bersih, seragam, serta bau khas ikan amis
2.
Kitin
dan Kitosan
Limbah padat
Crustacea (kulit, kepala, kaki) merupakan salah satu masalah yang harus
dihadapi oleh pabrik pengolahan Crustacea. Selama ini limbah tersebut
dikeringkan dan dimanfaatkan sebagai pakan dan pupuk dengan nilai ekonomi yang
rendah. Seiring dengan semakin majunya i1mu pengetahuan kini limbah udang dapat
dijadikan bahan untuk membuat kitin dan kitosan (Fahmi, 1997). Kitin adalah
senyawa polisakarida terbesar kedua di bumi setelah selulosa dan menjadi bahan
utama pembentuk cangkang hewan seperti kulit udang, kepiting, rajungan,
kalajengking, cumi-cumi, serangga, laba-laba, ulat sutera dan gurita. Kitin
merupakan polimer yang layak menjadi material fungsional sebab memiliki
keunggulan dalam hal biokompatibilitas, biodegradabilitas, non toksik dan sifat
adsorpsinya. Kitosan merupakan salah satu resin alami yang dapat dibuat dari kulit,
kepala dan kaki udang. Kitosan merupakan polimer alami yang bersifat non
toksis, lebih ramah lingkungan dan mudah terdegradasi secara alami. Kitosan
mempunyai sifat menyerap dan menggumpal yang baik. Senyawa ini dapat
dimanfaatkan sebagai bahan penyerap logam-logam berat yang dihasilkan oleh
limbah industri diantaranya limbah dari industri percetakan (Hargono, 2007)
3.
Kolagen
dan Gelatin
Kolagen merupakan komponen struktural utama dari jaringan
ikat putih
(white
connetive tissue) yang meliputi hampir 30 persen dari total protein pada
jaringan dan organ tubuh vertebrata dan invertebrata. Pada mamalia, kolagen
terdapat di kulit, tendon, tulang rawan dan jaringan ikat. Demikian juga pada
burung dan ikan, sedangkan pada avertebrata kolagen terdapat pada dinding sel
(Baily and Light, 1989). Molekul kolagen tersusun dari kira-kira dua puluh asam
amino yang memiliki bentuk agak berbeda bergantung pada sumber bahan bakunya.
Asam amino glisin, prolin dan hidroksiprolin merupakan asam amino utama
kolagen. Asam-asam amino aromatik dan sulfur terdapat dalam jumlah yang
sedikit. Hidroksiprolin merupakan salah satu asam amino pembatas dalam berbagai
protein (Chaplin, 2005).
Gelatin adalah derivat protein dari serat kolagen yang ada
pada kulit, tulang, dan tulang rawan. Susunan asam aminonya hampir mirip dengan
kolagen, dimana glisin sebagai asam amino utama dan merupakan 2/3 dari seluruh
asam amino yang menyusunnya, 1/3 asam amino yang tersisa diisi oleh prolin dan
hidroksiprolin (Chaplin, 2005). Pada prinsipnya proses pembuatan gelatin dapat
dibagi menjadi dua macam,yaitu proses asam dan proses basa. Perbedaan kedua
proses ini terletak pada proses perendamannya. Berdasarkan kekuatan
ikatan kovalen silang protein dan jenis bahanyang diekstrak, maka penerapan jenis
asam maupun basa organik dan metodeekstraksi lainnya seperti lama hidrolisis,
pH dan suhu akan berbeda- beda (Gilsenan,et.al, 2000)
4.
Kulit
Tersamak
Salah satu limbah yang dihasilkan
dari pengolahan fillet ini ialah kulit ikan. Kulit ikan dibeberapa daerah belum
dimanfaatkan dengan optimal padahal melalui proses penyamakan, kulit ikan
ini mempunyai potensi yang besar. Kulit hasil penyamakan digunakan
sebagai bahan baku kerajinan seperti sepatu, tas, dompet, ikat pinggang, dan
jaket. Melalui pengembangan teknologi penyamakan kulit, kulit ikan yang semula
dianggap sebagai limbah yang kurang termanfaatkan dan tidak mempunyai nilai
jual, saat ini justru berpeluang menjadi bahan baku industri kerajinan yang
sangat potensial. Menurut Anonim (2005), proses penyamakan kulit pada dasarnya
adalah kegiatan mengubah kulit mentah yang bersifat labil yaitu bahan yang
cepat membusuk menjadi kulit tersamak (leather) yang sangat stabil untuk jangka
waktu tidak terbatas dan mempunyai daya jual yang sangat signifikan. Menurut Purwanti
(2010), produk utama yang berasal dari kulit ikan pari tersamak ialah produk
kulit yang memanfaatkan bagian mutiara terbesar dari kulit pari, sedangkan
produk turunan ialah produk yang berasal dari kulit pari tersamak sisa proses
pembuatan produk kulit utama yang masih dapat dimanfaatkan kembali.
III. METODE
PRAKTIKUM
A.
Waktu dan Tempat
Praktikum
penanganan limbah perikanan melalui pembuatan brownies dilaksanakan pada hari
kamis tanggal 13 november 2014, bertempat di Perumahan Dosen Blok B3, Kampus
Baru.
B.
Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam
praktikum dapat dilihat dari tabel 1.
Tabel 1. Alat dan Bahan Serta
Kegunaan Dalam Praktikum
No.
|
Nama
alat dan bahan
|
Kegunaan
|
1.
|
Alat
|
|
|
Mixer
|
Pencampur bahan
|
|
Loyang
|
Wadah adonan
|
|
Spatula
|
Pengaduk bahan
|
|
Kukusan
|
Mengukus adonan
|
|
Cetakan
|
Mencetak adonan
|
|
Kompor
|
Memasak adonan
|
2.
|
Bahan
|
|
|
Daging ikan
|
Sumber protein
|
|
Mentega
|
Melembutkan tekstur
|
|
Gula pasir
|
Pemanis
|
|
Minyak
|
Pelembut adonan
|
|
Telur
|
pengembang dan pelembut adonan
|
|
Tepung terigu
|
Pengikat adonan/sumber karbohidrat
|
|
Soda kue
|
Pengembang adonan
|
|
Cokelat batang
|
Bahan dasar brownies
|
|
Whipe cream
|
Penghias brownies
|
|
Choco chips
|
Penghias brownies
|
C.
Prosedur Kerja
Prosedur Kerja dari praktikum
pembuatan brownies adalah sebagai berikut:
1.
Persiapan
bahan
-
melepaskan
sisa-sisa daging ikan dari limbah fillet ikan yang melekat pada tulang, ekor
dan kepala. Selanjutnya daging ikan yang diperoleh dicuci bersih (suhunya
harus dijaga tetap dingin) lalu dicincang halus.
-
Menimbang
semua bahan yang akan digunakan
2.
Pembuatan
brownies
Dilelehkan
dalam suhu panas, ditambahkan minyak ¼ gelas (adonan 1)
|
200
gr Mentega dan 150 gr cokelat batang dicampur
|
Menambahkan
100 gr daging ikan yang telah digiling
|
Menambahkan
200 gr gula pasir dan 1 sendok soda kue, aduk hingga rata menggunkaan mixer
(dapat ditambahkan pemanis/susu dan cokelat bubuk)
|
Mencampur
adonan 1 dengan kocokan telur
|
Kocok
5 butir telur menggunakan mixer
|
Menambahkan
150 gr tepung terigu menggunakan mixer berkecepatan rendah, aduk hingga
rata
|
Setelah matang dan dingin, dapat dihiasi
dengan menggunakan whipe cream dan choco chips
|
Dikukus
selama 2 jam
|
Menuangkan
adonan kedalam cetakan yang telah diolesi mentega
|
IV. HASIL
DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
Pengamatan
Hasil pemanfaatan limbah fillet ikan
menjadi brownies ikan yang bergizi dan bernilai ekonomis
|
B.
Pembahasan
Limbah
perikanan merupakan sisa buangan dari suatu usaha perikanan. Limbah perikanan
jika tidak ditangani dengan baik akan menyebabkan dampak negatif terhadap
lingkungan dan manusia. Gas yang ditimbulkan dari ikan sangat menyengat
dan mengganggu indera penciuman manusia. Kulit udang dan sisik udang jika
dibuang sembarangan akan mengundang lalat yang banyak membawa bibit penyakit,
dan masih banyak lagi. Untuk memaksimalkan potensi limbah perikanan dan mengurangi pencemaran limbahnya terhadap lingkungan maka perlu dilakukan suatu terobosan baru dalam memanfaatkan limbah ikan.
Tujuan
pengelolaan limbah perikanan yang bersifat ekonomis yaitu meningkatkan
efisiensi pabrik secara menyeluruh dan mengambil kembali bahan yang masih
berguna untuk didaur ulang/dimanfaatkan. Sedangkan tujuan pengelolaan yang
bersifat non-ekonomis yaitu untuk mencegah pencemaran dan kerusakan lingkungan.
Manfaat limbah perikanan jika diolah
dengan baik akan mendatangkan banyak keuntungan. Pemanfaatan limbah perikann
diantaranya adalah tulang ikan dapat dimanfaatkan menjadi tepung tulang ikan
yang dapat dijadikan makanan ternak, limbah sisik ikan dapat dipermak dan
dijadikan cinderamata, kotoran ikan dapat dijadikan pupuk dan lainya.
Salah satu dari banyak manfaat
limbah ikan yaitu dari hasil industri fillet ikan, dimana ikan yang telah
difillet akan menyisakan daging yang melekat pada tulang ikan. Limbah ikan
tersebut dapat termanfaatkan kembali menjadi berbagai jenis produk yang dapat
bergizi dan ekonomis tinggi. Salah satu produk potensial adalah brownies ikan.
Pada
dasarnya, Brownies ikan sama dengan brownies pada umumnya, hanya saja di dalam
adonannya dilakukan penambahan ikan. Bahan-bahannya pun kurang lebih
sama. Brownies ikan ini dimasak dengan cara dikukus. Setelah matang dan
dingin, dapat pula ditambhakan whip cream.
Brownies merupakan produk bakeri yang termasuk dalam
kategori cake (Widarti, 2005). Produk bakeri meliputi roti, cookies
dan cake merupakan produk yang banyak dikonsumsi (Bakke dan Vickers,
2007). Brownies termasuk ke dalam cake dengan warna coklat kehitaman
dan memiliki rasa khas dominan coklat. Produk ini termasuk sebagai intermediate-moisture
foods dengan total kadar air lebih rendah 10-20% dari roti (Cauvain dan
Young, 2006).
Dari hasil
praktikum menunjukkan cita rasa brownies ikan ternyata tidak jauh beda dengan
brownies lainnya. Hal ini ditunjukan dengan uji organoleptik terhadap
brownies. Dari uji organileptik yang dilakukan, diperoleh bahwa
brownies ikan memiliki aroma dan rasa khas dari brownies pada umumnya (tidak
tercium aroma amis ikan). Selain itu cita rasanya manis, dan tidak
terdapat rasa amis ikan. Menurut Apriani, dkk. (2011) Brownies memiliki struktur yang lembut
dan lembab ketika dimakan. Tekstur brownies yang lembut dan rapuh dipengaruhi
oleh komposisi gula yang digunakan dan tidak adanya penggunaan gluten pada
adonan (Cauvain dan Young, 2006). Cauvain dan Young (2006) menyatakan bahwa
produk sejenis cake termasuk sebagai IMF (intermediate-moisture
foods) dengan total kadar air lebih rendah 10-20% dari roti. Brownies
memiliki rasa manis legit dengan sedikit rasa pahit yang diinginkan dari
coklat.
Aroma dan
rasa ikan dapat ditutupi oleh cita rasa dan aroma coklat, karena adonan dasar
brownies menggunakan coklat dalam jumlah yang banyak, sehingga dapat
mendominasi rasa brownies tersebut Penambahan ikan juga tidak merubah
tekstur, dimana tekstur dari hasil pembuatan brownies memiliki tekstur yang
lembut. Selain itu, warna dari brownies juga juga tidak menunjukkan perbedaan,
dimana warna dari brownies pada umumnya berwarna cokelat gelap sesuai dengan
warna dari bahan dasar dari brownies yaitu cokelat (chocolate).
Ikan
merupakan sumber protein tinggi dan nutrisi lainnya yang penting bagi tubuh dan
aman dikonsumsi. Salah satu tujuan penambahan ikan dalam brownies yaitu
diharapkan agar mereka yang enggan mengkonsumsi ikan (Terutama anak-anak)
dengan alasan tidak menyukai cita rasa
ikan tetap dapat memperoleh nutrisi tersebut melalui brownies ikan.
Menurut Sulistiyo (2006), umur simpan produk ini
hanya mencapai 3 hari. Produk ini mengalami penurunan kadar air setiap harinya
sehingga menyebabkan teksturnya berubah. Kekerasan produk meningkat setiap hari
dengan adanya penurunan kadar air. Selain itu, produk ini mulai ditumbuhi
mikroba pada hari keempat.
V. SIMPULAN
DAN SARAN
A.
Simpulan
Simpulan yang dapat diambil dari praktikum penanganan limbah
perikanan adalah limbah dari hasil perikanan dapat diolah menjadi sesuatu yang
dapat bernilai ekonomis dan tentunya mengandung nilai gizi, salah satunya
brownies ikan yang berasal dari limbah pembuatan fillet ikan. Brownies ikan
ditujukan untuk mereka yang enggan
mengkonsumsi ikan (Terutama anak-anak) dengan alasan tidak menyukai cita rasa ikan tetap dapat memperoleh nutrisi
(utamanya protein) tersebut melalui brownies ikan.
B.
Saran
Saran yang dapat diberikan dari praktek penanganan limbah
yaitu sebaiknya produk brownies ikan tersebut dapat dipasarkan, sehingga dapat
dinikmati oleh masyarakat umum.
DAFTAR
PUSTAKA
Afrianto, E. Dan Liviawaty, E. 2005.
Pakan Ikan dan Perkembangannya. Kanisius, Yogyakarta.
Cauvain, Stanley P dan Linda S
Young. 2006. Baked products : Science, Technology and Practice. Blackwell
Publishing Ltd. Garsington Road.
Cauvain, Stanley P dan Linda S
Young. 2006. The Chorleywood Bread Process. Woodhead Publishing. Cambridge.
Chaplin, M. 2005. Gelatin.
http://www//Isbuc.ac.uk . Diakses 20 November 2014.
Dorland, W. E. Dan Rogers, J. A.
1997. The Fragrance and Flavour Industry. Wayne E. Dorland Co. New York.
Elfauziah,
R.2003. Pemisahan kalsium dari tulang kepala ikan patin (Pangasius sp.)
[Skripi]. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, IPB. Bogor.
Fahmi, R. 1997. Isolasi dan
Transformasi Kitin Menjadi Kitosan. Jurnal Kimia Andalas, 3, 1, 61-68.
Hargono, dkk. 2007. Pembuatan
Kitosan dari Kulit Udang Untuk Mengadsorbsi Logam Tembaga (Cu2+) Jurnal Teknik
Kimia. Universitas Diponegoro, Semarang.
Heriyanto. 2006. Pengaruh rasio
COD/TKN pada proses denitrifikasi limbah cair industri perikanan dengan lumpur
aktif. [skripsi]. Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Judoamidjojo, R Muljono. 1981.
Teknik Penyamakan Kulit Untuk Pedesaan. Angkasa. Bandung. Kusnoputranto,
Haryoto. 1985. Kesehatan Lingkungan. FKM UI. Jakarta.
Laksmi, J. dan Rahayu,W., 1993.
Penanganan Limbah Industri Pangan. Kanisius. Jakarta.
Morita K, Kubota K, Aishima T. 2001.
Sensory Characteristics and Volatile Components in Aromas of Boiled
Prawns Prepared According to Experimental Designs. Jounal of food
science. 34: 473-481.
Nabil, M. 2005. Pemanfaatan Limbah
Tulang Ikan Tuna (Thunnus sp.)
sebagai Sumber Kalsium dengan Metode Hidrolisis Protein. Skripsi. Program Studi
Teknologi Hasil Perikanan, IPB. Bogor.
Purwanti, M. D. 2010. Skripsi.
Penigkatan Nilai Ekonomi Limbah Kulit Ikan Pari Tersamak. Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta.
Sugiharto. 1987. Dasar – Dasar
Pengelolaan Air Limbah. Universitas Indonesia. Jakarta. Tjokrokusumo. 1995.
Pengantara Konsep Teknologi Bersih. Sekolah Tinggi Teknik Lingkungan YLH.
Yogyakarta.
Sulistiyo,
CN. 2006. Pengembangan Brownies Kukus Tepung Ubi Jalar di PT. Fits Mandiri
Bogor. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. IPB.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar